Tafsir al-Sya‟rawi Khawatir al-Sya‟rawi Haula al-Qur‟an al-Karim.

A.    Biografi Syaikh Sya’rawi
Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi, Beliau adalah seorang Syaikh Imam ad-Da’iyat al-Islam (penyeru agama Islam). Beliau adalah sosok ulama disiplin dalam multi ilmu, piawai dalam mengemukakan gagasannya melalui lisan maupun tulisan, syari’at adalah jalannya.  Beliau lahir pada tanggal 16 April 1911 M di kampung Daqadus desa Mid Ghamr provinsi Daqahliyyah. Beliau wafat pada tanggal 17 juni 1998. Sejak kecil Sya’rawi sudah mendapat gelar dari ayahnya sebagai al-amin dan gelar ini juga dikenal masyarakat di daerahnya. Beliau berasal dari keluarga yang sederhana namun memiliki keturunan terhormat. Ayahnya adalah seorang pedagang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan.
Pendidikan Sya’rawi dimulai dari menghafal al-Qur’an kepada seorang syaikh di daerahnya yaitu Syekh Abdul Majid Pasha.  Beliau tamat menghafal al-Qur’an pada usia 11 tahun, kemudian Ia disekolahkan di sekolah dasar al-Azhar di Zaqaziq tahun 1926. Lalu, dia melanjutkan sekolah menengah pertama di al-Azhar, tamat Tsanawiyyah pada tahun 1932. Syaikh Muhammad Mutawalli Sya’rawi masuk kuliah di fakultas Bahasa Arab pada tahun 1937, beliau tamat pada tahun 1941. Kemudian ia juga menamatkan pendidikan A’lamiyyah dan mendapatkan lisensi mengajar pada tahun 1943.
Karirnya diawali sebagai tenaga pengajar di ma’had al-Azhar Thantha, ma’had Alexandria, ma’had Zaqaziq, kemudian mengajar di ma’had Thantha lagi.  Beliau juga menjadi dosen jurusan tafsir hadis di fakultas Syari’ah Universitas Malik Abdul Aziz di Makkah, ia mengajar selama sembilan tahun. Ia juga diangkat menjadi wakil kepala sekolah di Al-Azhar, pernah memangku jabatan sebagai direktur dalam pengembangan dakwah Islam pada departemen wakaf tahun 1961 M. beliau mulai terkenal ketika menjadi seorang da’i pada tahun 1973. Sya’rawi ditawari mengisi acara Nur ‘ala Nur di stasiun televisi Mesir, mulailah namanya mencuat dan terkenal sebagai da’i yang kondang. Begitu banyak karir beliau dalam bidang pembelajaran, dalam bidang pemerintahan maupun bidang Da’i, sehingga tidak bisa disebutkan satu persatu.
B.    Karya-karya Sya’rawi

Perlu diketahui bersama, bahwasannya Sya’rawi tidak menulis buku-bukunya karena beliau berpendapat bahwa kalimat yang disampaikan secara langsung dan diperdengarkan akan lebih mengena daripada kalimat yang disebarluaskan dengan perantara tulisan, sebab semua manusia akan mendengar dari narasumber yang asli. Jika dalam bentuk tulisan maka tidak semua orang dapat membacanya. Dengan begitu beliau tidak menafikkan untuk mengalihbahasakan apa yang beliau sampaikan menjadi bahasa tulisan sehingga akan lebih bermanfa’at bagi manusia secara keseluruhan.
Diantara karya-karyanya ialah sebagai berikut:
    Al-Syaithan wa al-Insan
    Al-Du’a Al-Mustajabah
    Al-Mar’ah Fi al-Qur’an
    Al-Mukhtar min Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim
    Syekh Mutawalli Sya’rawi Qadhaya Ashr
    Al-Fatawa al-Kubro
    Majmu’at Muhadharah Sya’rawi
    Al-Mausu’ah al-Islamiyah li al-Athfal

C.    Motivasi Tafsirnya

Seperti ulama klasik dan modern sebelumnya, motivasi beliau ialah menjelaskan isi al-Qur’an kepada orang lain, oleh sebab itu ia mengatakan bahwa penafsirannya ini mungkin benar dan mungkin pula salah.  Selain itu beliau juga menginginkan agar umat Islam memiliki keyakinan  bahwa al-Qur’an adalah mu’jizat yang agung dari segi kandungan, segi kebahasaan, mengungkap rahasia al-Qur’an. Beliau juga termotivasi untuk menjaga kelestarian al-Qur’an.

Ketika menafsirkan al-Qur’an beliau berpegang teguh pada dua aspek, yaitu:

    Komitmen kepada Islam yang dianggapnya sebagai metode atau landasan memperbaiki kerusakan yang diderita umat Islam saat ini terutama dalam bidang pemikiran dan keyakinan.
    Modernisasi, dimana syekh Sya’rawi menganggap mengikuti perkembangan saat ini, sehingga tafsirnya bisa dikatakan berciri modern.

D.    Nama Tafsir Sya’rawi
Nama tafsir al-Sya‟rawi di ambil dari nama asli pemiliknya yakni al-Sya‟rawi.Menurut Muhammad „Ali Iyazi, judul yang terkenal dari karya ini adalah Tafsir al-Sya‟rawi Khawatir al-Sya‟rawi Haula al-Qur‟an al-Karim. Pada mulanya tafsir inihanya di beri nama Khawatir al-Sya‟rawi yang dimaksudkan sebagai sebuah perenungan (Khawatir) dari diri al-Sya‟rawi terhadap ayat-ayat al-Qur‟an yang tentunya bisa saja salah dan benar terhadap orang yang menafsirkannya.
Kitab ini merupakan hasil kolaborasi kreasi yang di buat oleh murid al-Sya‟rawi yakni Muhammad al-Sinrawi, „Abd al-Waris al-Dasuqi dari kumpulan pidato-pidatoatau ceramah-ceramah yang dilakukan al-Sya‟rawi. Sementara itu, hadis-hadis yangterdapat didalam kitab Tafsir al-Sya‟rawi di takrij oleh Ahmad „Umar Hasyim. Kitabini diterbitkan oleh Ahbar al-Yaum Idarah al-Kutub wa al-Maktabah pada tahun 1991(yaitu tujuh tahun sebelum al-Sya‟rawi meninggal dunia). Dengan demikian, Tafsir al-Sya‟rawi ini merupakan kumpulan hasil-hasil pidato atau ceramah al-Sya‟rawi yang kemudian di edit dalam bentuk tulisan buku oleh murid-muridnya. Tafsir ini merupakan golongan tafsir bi al-lisan atau tafsir sauti (hasil pidato atau ceramah yang kemudian di bukukan).
E.    Proses Penulisan
Al- Sya’rawi dalam muqaddimah tafsirnya, menyatakan bahwa: “Hasil renungan saya terhadap al-Qur’an bukan berarti tafsiran al-Qur’an, melainkan percikan pemikiran yang terlintas dalam hati seorang mukmin saat membaca al-Qur’an. Kalau memang al-Qur’an dapat ditafsirkan, sebenarnya yang lebih berhak menafsirkannya hanya Rasulullah SAW, karena kepada beliaulah ia diturunkan. Beliau banyak menjelaskan kepada manusia ajaran al-Quran dari dimensi ibadah, karena hal itu yang diperlukan umatnya saat ini. Adapaun rahasia al-Qur’an tentang alam semesta, tidak beliau sampaikan, karena kondisi sosio intelektual saat itu tidak memungkinkan untuk dapat menerimanya. Jika hal itu disampaikan akan menimbulkan polemik yang pada gilirannya akan merusak puing-puing agama, bahkan memalingkan umat dalam jalan Allah SWT.
F.     Deskripsi Tentang Kitab As-Sya’rawi
Kitab ini terdiri dari 18 jilid yang dapat digambarkan dalam tabel berikut ini:
1. I Pendahuluan, Qs. al-fatihah sampai Qs. al-Baqarah ayat 154
2. II Qs. al-Baqarah ayat 155 sampai Qs. Ali Imran ayat 13.
3. III Qs. Ali Imran ayat 14 sampai 189.
4. IV Qs. Ali Imran ayat 190 sampai Qs. An-Nisa’ ayat 100.
5. V Qs. An-Nisa’ ayat 101 sampai Qs. Al-Maidah: 54.
6. VI Qs. Al-Maidah: 55 sampai Qs. al-An’am: 109.
7. VII Qs. al-An’am: 110 sampai Qs. al-A’raf: 188.
8. VIII Qs. al-A’raf: 189 sampai Qs. At-Taubah: 44
9. IX Qs. At-Taubah: 45 sampai Qs. Yunus: 14.
10. X Qs. Yunus: 15 sampai Qs. Hud: 27.
11. XI Qs. Hud: 28 sampai Qs. Yusuf: 96.
12. XII Qs. Yusuf: 97 sampai Qs. Al-Hjr: 47.
13. XIII Qs. Al-Hjr: 48 sampai Qs. Al-Isra’: 4.
14. XIV Qs. Al-Isra’: 5 sampai Qs. Al-Kahfi; 98.
15. XV Qs. Al-Kahfi; 99 sampai Qs. Al-Anbiya’: 90.
16. XVI Qs. Al-Anbiya’: 91 sampai Qs.an-Nur: 35.
17. XVII Qs.an-Nur: 36 sampai Qs. Al-Qasas: 29.
18. XVIII Qs. Al-Qasas: 30 sampai Qs. Ar-Rum: 58.

Berdasarkan tabel tersebut, maka tafsir ini tidak memuat dari surah Luqman hingga surah an-Nas atau dari pertengahan Juz 21 hingga akhir Juz 30 dalam al-Qur’an.

G.    Metode Penafsiran dan Corak Tafsir

Mengamati metode penulisan tafsir Sya’rawi dari sisi runtutan penafsiran, yang dimulai dari surah al-Fatihah dan diakhiri surah al-Nas, bisa dikatakan metode penulisannya adalah menggunakan metode tahlili. yakni suatu metode tafsir yang bermaksudmenjelaskan makna-makna yang dikandung al-Qur‟an yang disesuaikan dengan runtutan ayat sebagaimana yang tersusun dalam mushaf. Penjelasannya meliputiberbagai aspek, diantaranya mengenai kosakata yang diikuti dengan penjelasan global ayat, munasabah (korelasi) ayat-ayat dengan menjelaskan hubungan dan maksudayat-ayat tersebut satu dengan lainnya dan asbab al-nuzul (latar belakang turunnya ayat) disertai dalil-dalil dari Rasul, Sahabat maupun Tabi‟in.
Di sisi lain kita juga melihat bahwa Sya’rawi membahas dan menafsirkan ayat demi ayat kemudian mengaitkannya dengan ayat lain yang memiliki keterkaitan dengan tema, beliau mengatakan bahwa ayat al-Qur’an dengan ayat al-Qur’an lainnya adalah saling ketergantungan yakni tidak ada pertentangan pada setiap ayat al-Qur’an. Sistematika yang demikian itu disebut dengan penafsiran al-Qur’an bil Qur’an.
Dalam penafsirannya, corak yang menonjol adalah Adabi Ijtima’i. melalui penafsirannya ini Sya’rawi mengemukakan pemikirannya tentang pendidikan, perhatiannya terhadap problematika masyarakat muslim juga problematika pemerintahan. Contohnya: upaya Syekh Sya’rawi menyelesaikan problem masyarakat muslim adalah bagaimana ia menjelaskan kepala pemerintah untuk menjauhkan paksaan dan intimidasi kepada rakyat ketika pemerintah berusaha melanggengkan pemerintahannya. Sesudah menafsirkan ayat (QS.Al-Baqarah:256)

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut,  dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.
Syekh Sya’rawi menjelaskan bahwa Allah tidak menghendaki paksaan, tak ada seorangpun yang keluar dari kodratnya. Tetapi ketika kita melihat dan kita dapati beberapa Negara atau pemerintah yang memaksakan ideologinya kepada rakyat dengan kekerasan dan paksaan. Akibatnya akan timbul kekacauan dan pemberontakan.
Syekh Sya’rawi dalam penafsirannya bisa dikatakan seorang reformer dan pejuang, meskipun Ia tidak melalaikan pendapat ulama-ulama tafsir sebelumnya. Dia juga berkomitmen menjelaskan akidah dan akhlak, mengaitkan penafsiran dengan kehidupan masyarakat dan aktifitasnya. Sehingga Tarbawi mengatakan bahwa corak tafsir Sya’rawi adalah Tarbawi dan Islahi.

H.    Karakteristik Penafsiran
Karakteristik penafsiran sya’rawi adalah sebagai berikut:
    Sangat memperhatikan kebahasaan dan arti kosa kata. Seringkali beliau menganalisa arti kosa kata ayat per ayat dengan menggunakan kaidah kebahasaan tanpa mengurangi pada pesan hidayah al-Qur’an.
    Dalam ayat-ayat yang berisi pesan akidah, Sya’rawi mengikuti aliran Ahlu Sunnah wal Jama’ah menggunakan berbagai cara, baik dalam penjelasan argument dari dalil-dalil maupun dialog yang dianggap logis untuk memantapkan akidah dan tauhid serta mengajak manusia untuk kembali kepada Allah swt.
    Memperhatikan mu’jizat ilmiah, karena mu’jizat ilmiah adalah mu’jizat al-Qur’an yang paling menonjol untuk orang-orang yang hidup di era teknologi.

I.    Sistematika Penafsiran

Tafsir Sya’rawi dimulai dengan pendahuluan sebanyak 30 halaman, dan penjelasan tentang arti Isti’adzah, susunan ayat-ayat al-Qur’an, kemudian menafsirkan surat al-Fatihah. Sistematika penulisan tafsirnya sebagai berikut:
    Menyebut arti surah, nama dan hikamah dinamakannya surah tersebut
    Menyebutkan urutan ayat berdasarkan turunnya
    Menyebutkan ruang lingkup isi surah tersebut secara global
    Menyebutkan asbabun Nuzulnya jika ada
    Membahas dan menafsirkan ayat demi ayat dan mengaitkannya dengan ayat lainyang memiliki keterkaitan dengan tema, karena beliau yakin adanya kesatuan dari ayat al-Qur’an dengan ayat lain.

J.    Sumber penafsiran
Sumber-sumber penafsiran as-Sya‟rawi diantaranya: seperti tafsir al-Manar karyaMuhammad Abduh dan Rasyid Ridha, tafsir Fi Zilalil Qur‟an yang dikarang oleh Sayyid Qutub.  Tafsir at-Thabari karya Ibnu Jarir ath-Thabari, Mafatihul Ghaib karyaFahruddin ar-Razi. Al-Kasyaf karya az-Zamakhsyari, al-Anwar at-Tanzil wa asrar al-Ta‟wil karya al-Baidhawi, dan Dur al-Mansur fi Tafsir bil ma‟sur karya jalaluddin as- Suyuthi.

K.    Kelebihan dan Kekurangan
Dalam dunia tafsir, pola penyajian adalah perangka dant tata kerja yang dipakaidalam proses penafsiran al-Qur‟an. Secara historis, setiap penfsiran telah menggunakan suatu pola atau lebih. Pilihan pola tergantung pada kecenderungan dan sudut pandang penafsir serta latar belakang keilmuan dan aspek-aspek lain yang melingkupinya.  Banyak sekali kelebihan yang dimiliki oleh tafsir as- Sya‟rawi yang diantaranya adalah: Sya‟rawi menyajikan karya tafsirnya dengan nuansa yang bersentuhan langsung dengan tema-tema kemasyarakatan, melalui teknik bahasa yang cukup sederhana. Hal ini sebagai upaya meletakan al-Qur‟an pada posisi sebagai pedoman dalam realitas kehidupan sosial. Serta dalam tafsir as-Sya‟rawi kandungan di dalamnya dapat menjawab persoalan masyarakat yang selalu selalu berkembang karena menggunakan corak al-Adab al- Ijtima’i.
Namun  juga ada kekurangan dalam tafsir ini Sya‟rawi tidak banyak memberikan perhatian kepada pembahasan kosakata atau tata bahasa, kecuali dalam batas-batas untuk mengantarkan kepada pemahaman kandungan petunjuk petunjuk al-Qur‟an. Serta tidak adanya sebuah referensi ketika terdapat penyebutan sebuah pendapat ulama lain. Dan tidak adanya perhatian terhadap sanad hadis.

L.     Kesimpulan
Model Tafsir Sauti (hasil ceramah yang kemudian ditulis), dengan pembahasan yang luas, tidak terikat oleh satu metode tertentu dalam metodologi tafsir al-Qur’an ketika mengungkap “ruh” al-Qur’an sebagai sumber hidayah bagi perubahan dan perbaikan kehidupan sosial adalah salah satu karakteristik yang dimiliki oleh tafsir Tafsir al-Sya’rawi ini.

Tinggalkan komentar